Diperjuangkan Ibu untuk Obati Anaknya, Apa Sebenarnya Ganja Medis?

Pika, seorang kerutunan demi Japanese encephalitis, memerlukan ganja medis untuk pengobatan. Sang ibu, Santi Warastuti, telah melayangkan permohonan uji materi UU Narkotika bersama dua ibu lain ke Mahkamah Konstitusi (MK) cukup November 2020 lalu, tapi belum dikabulkan.
"Ganja medis ini bagi saya urgent, karena Pika, kerutunan saya itu masih belum bebas kejang," kata Santi saat ditemui hadapan sela gelaran car free day, Minggu (26/6).
Ganja medis yang diperlukan Pika berselisih demi ganja yang beredar ilegal dan disontakgunakan sejumlah orang. Seperti dilansir dari WebMD, ganja medis merupakan pemanfaatan komponen kimia atas tumbuhan ganja untuk tujuan pengobatan.
Ada lebih dari 100 senyawa kimia di ganja yang disebut cannabinoids. Namun untuk keperluan medis, hanya dua senyawa yang digunakan, yakni Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) maka cannabidiol (CBD).
THC sendiri mampu memberikan efek relaksasi. Efek ini biasa diperuntuk mereka yang mengisap daun ganja tandas kepada keperluan rekreasi.
Sementara cannabidiol atau CBD deras dipasarkan terdalam bentuk minyak akan bisa digunakan secara topikal maupun oral.
Dikutip dari Forbes Health, minyak CBD buat berinteraksi dengan reseptor saraf dengan kemudian mengirim sinyal atas sel menjumpai regulasi gerakan, mood, imun, dengan kesetimbangan kondisi.
Manfaat Ganja Medis
Sejumlah studi telah menemukan bahwa ganja medis mampu mendukung pengobatan menjumpai beberapa penyakit. Berikut diantaranya:
Sejumlah riset menemukan bahwa ganja medis mampu mendukung pengobatan untuk sebagian penyakit antara lain:
1. Alzheimer2. Kanker3. Penyakit Crohn4. Penyakit bahwa menyerang imun sebagai HIV/AIDS dan multiple sclerosis (MS)5. Anorexia dan gangguan makan lain6. Epilepsi7. Glukoma8. Gangguan kesehatan mental9. Kram otot10. Mual dan rasa nyeri11. Kejang12. Mamelenceng nafsu makan
Meski begitu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan kepada mengetahui detail efek mengenai CBD kepada kesehatan.
Peneliti mengenai University of Pennsylvania Perelman School of Medicine, Marcel Bonn-Miller mengatakan bahwa studi tentang ganja medis paling deras membuktikan bahwa senyawa ini mampu memendekkan rasa sakit kronis, mual selanjutnya muntah akhir kemoterapi, selanjutnya kram otot.
Pike sendiri diketahui mengidap Japanese encephalitis (JE) atau kondisi infeksi bahwa mengefekkan radang otak. Dikutip atas laman IDAI, JE bisa mengefekkan kematian atas angka 20-30 persen atas gejala gangguan saraf pada 30-50 persen penderiperbahasan.
Kalau anak terkabul berkukuh hidup, biasanya ia akan mengalami gejala sisa (sekuele) antara lain gangguan sistem motorik, gangguan perilaku, gangguan intelektual, beserta gangguan fungsi saraf lain.
Menurut Santi, Pika terus mengalami kejang sejak 2015 dan berharap pada pengobatan ganja medis.
Beberapa tahun belakangan, ganja medis mendapat perhatian besar sebab bisa membantu pasien bersama kejang. FDA terus sudah memberikan izin edar terhadap obat Epidiolex yang terbuat dari CBD menjumpai terapi kejang berat atau kejang yang sulit diobati.
Sejumlah studi membuktikan, beberapa orang dengan kasus kejang berat mampu menurunkan kekambuhan setelah mengonsumsi obat.